Tampilkan postingan dengan label PENYAKIT ISPA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENYAKIT ISPA. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Juli 2013

PENYAKIT ISPA

PENYAKIT ISPA

1. Pengertian
   Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
  Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418)

2.Etiologi dan karakteristik
  Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
  Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
  Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan.   Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta  kongesti paru.
   Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

 3. Manifestasi klinis
  Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hisung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). 

4. Tanda dan gejala yang muncul
  • Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
  • Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
  • Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
  • Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.
  • Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
  • Abdominal pain,  nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.
  • Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
  • Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
  • Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
5. Penyebab penyakit ISPA
   ISPA  disebabkan  oleh  bakteri  atau  virus  yang  masuk  ke  saluran  nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam  rumah  yang  sangat  berpengaruh  terhadap  kejadian  ISPA  adalah  asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang   mempunyai   kebiasaan   merokok   juga   menimbulkan   resiko   terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002).
   Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu ventilasi  alamiah  dan  ventilasi  buatan.  Ventilasi  alamiah  yaitu  dimana  aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu,  lubang   angin,   dan   lubang-lubang   pada   dinding.   Ventilasi   alamiah   tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus  untuk  mengalirkan  udara  misalnya  kipas  angin  dan  mesin  penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
  Ventilasi rumah yang kurang akan   lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

6. Faktor resiko
   Menurut  Depkes  RI  (2002),  faktor  resiko  terjadinya  ISPA  secara  umum yaitu faktorlingkungan, factor individu anak, serta factor perilaku.
a. Faktor lingkungan
1)  Pencemara udara dalam rumah
   Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan  konsentrasi  tinggi  dapat  merusak  mekanisme  pertahanan  paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah  yang  ventilasinya  kurang  dan  dapur  terletak  di  dalam  rumah, bersatu  dengan  kamar  tidur,  ruang  tempat  bayi  dan  balita  bermain
2)  Ventilasi rumah
   Ventilasi adalah proses penyediaan udara atau pengarahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Membuat ventilasi  udara  serta  pencahayaan  di  dalam  rumah  sangat  diperlukan karena akan mengurangi polusi asap yang ada di dalam rumah sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang lama kelamaan bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai
3)  Kepadatan hunian rumah
   Kepadatan  tempat  tinggal  yang  padat  dapat  meningkatkan  factor polusi dalam rumah yang telah ada. Begitu juga keadaan jumlah kamar yang penghuninya lebih dari dua orang, karena bisa menghalangi proses pertukaran  udara  bersih  sehingga  menjadi  penyebab  terjadinya  ISPA.

b.   Faktor individu anak
1)  Umur anak
   Insiden penyakit pernapasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini  pada  anak-anak  dan  tetap  menurun  terhadap  usia.  Insiden  ISPA tertinggi  pada  umur  6-12  bulan .
2)  Berat badan lahir
  Anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah akan mengalami lebih   berat   infeksi   pada   saluran   pernapasan.   Hal   ini   dikarenakan pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena   penyakit   infeksi,   terutama   pneumonia   dan   sakit   saluran  pernapasan   lainnya   (http://www.putraprabu.wordpress.com,   Retrieved January 12. 2009).
3)  Status gizi
   Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang  kurang.  Penyakit  infeksi  sendiri  akan  menyebabkan  balita  tidak mempunyai  nafsu  makan  dan  mengakibatkan  kekurangan  gizi.  Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ ISPA berat “ bahkan serangannya lebih lama.

c.   Faktor perilaku
     Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada  bayi  dan  balita  dalam  hal  ini  adalah  praktek  penanganan  ISPA  dikeluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun oleh anggota keluarga lainnya.
Peran aktif keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena  penyakit  ISPA  merupakan  penyakit  yang  ada  sehari-hari  di  dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga itu balita dan anggota keluarganya yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ketika anaknya sakit